Pages

Fairytale vs Reality

Selasa, 18 Desember 2012
Fairytale :
          Pada suatu hari, seorang putri sedang sedih, ia menunggu seorang pangeran yang tepat untuknya. Pangeran demi pangeran ia amati dan lewati. Ia tak yakin, ragu, bingung dan galau. Kasihan sekali sang putri. Pada akhirnya sang putri menunggu ksatrianya di dalam sebuah bangunan yang sangaaat tinggi dan mengunci dirinya. Sang putri memutuskan untuk menunggu pangerannya, pangeran yang dapat menjemputnya dari bangunan tersebut, menyendiri di dalamnya dan menunggu menunggu. Lama sekali dia menutupi dirinya dari kerumunan orang dan pangeran. Banyak orang berkata, 

         "Sayang sekali, seorang Putri yang cantik jelita dan ceria sekarang berubah murung dan pendiam. Sang Putri yang gemar menari bersama bunga bunga indah sekrang menari bersama kegelapan seorang diri."

         dan

         "Sang Putri yang dahulu berisi dan cantik, sekarang menjadi kurus dan muram."

         dan

         "Kami tak mau menemui Putri yang sekarang, meliahatnya saja kami muak!" entah dia terserang virus apa dan darimana, sang Putri hanya menunggu sampai sekarang. Ironis. Hanya menunggu tak mencari.

Reality  :
         Seorang gadis yang merasa dirinya biasa saja, tidak cantik, tidak menarik. Pergi ke sekolah, les, privat, makan dan nonton adalah kebiasaan sehari - harinya. Tak sering dia mendapatkan hari yang sangat menyenangkan. Tak ada yang memujanya, orang - orang bersikap biasa saja, itu yang dia ketahui.

         Dia bukan anak pendiam, ngomong kebanyakan adalah salah satu sikap buruknya. Dia juga bukan orang yang suka duduk dan diam, lebih suka berjalan - jalan tak menentu dan bergerak tak jelas. Kadang kala gadis ini menjadi anak yang sangat ekspresif dan sensitif (untuk yang ini jarang). Dia punya airmata yang tak sering dikeluarkannya belakangan ini, padahal orangnya cengeng sekali.

         Tetapi gadis ini orangnya tertutup secara implisit. Dia bisa saja mengatakan sebuah perasaan dan memperlihatkan perasaan tersebut, tetapi bisa saja itu tak benar dan benar. Baginya tergantung kepada siapa ia berbicara. Dia adalah pembohong yang tak baik. Kalau berbohong pasti kecium.

         Satu hal, dia seorang penunggu. Menunggu seseorang yang benar - benar akan menjadi bagian besar dalam hidupnya sampai akhir hayatnya. Walaupun hal tersebut belum menjadi hal yang harus ia pikirkan. Tetapi dia tetap menunggu dalam semua pikirannya. Penunggu takdir. Ironis. Hanya menunggu tak mencari.

0 komentar: