Pages

Narasi cinta yang anda inginkan (?)

Sabtu, 16 November 2013
Narasi yang sering dibacakan oleh suara di kepalaku, selamat membaca dengan bosan :)



Berjalan tanpa suara sepatu, hara huru di sini menjadi sunyi, semua yang cepat menjadi lambat. Seperti hidup di dalam kehidupan yang bergerak lambat, tidak romantic, tidak menyeramkan, selayaknya dalam film bisu. Lalu saraf - saraf di wajah memberikan impuls yang menciptakan sebuah senyuman. Ya, aku mengingatmu. Bukan fisik, tetapi pembicaraan kita selama ini. Sudah sedewasa itukah kita? Atau sudah sedewasa itukah dirimu dan masih se-kekanakan inikah diriku? Sebuah pertanyaan muncul, dapatkah kita berjalan menyusuri bibir pantai yang kita tak tahu ujungnya, dengan kekontrasan ini? Dengan sekali hentak jalan aku berkata ya kita pasti bisa, tidak ada yang mustahil di dalam dunia ini. Sayang sekali sekarang aku berjalan sendiri di sini, tanpa ada kamu di samping. Sesosok yang selalu serius dan suka menyelipkan pembicaraan yang romantic dan yang tidak penting pula.

Lihat muda mudi itu, mereka tertawa bersama, senang bersama. Lihat kita, saling tidak tahu apakah kita senang bersama, tertawa bersama. Semua terasa canggung dang cenderung tertutup. Kehidupan yang didominasi dengan satu kata ‘sibuk’. Aku takut. Aku takut kalau aku tidak mengenal dirimu lagi. Kamu semakin bukan dirimu, ataukah aku yang semakin bukan diriku? Dengan sendiri aku berkelana mencari tempat pelampiasan hati beramai dengan teman atau beramai dengan kesunyian. Sembari berharap kalau kamu ada disini dan kita saling memperhatikan satu sama lain, tersenyum malu - malu, melirik dari tempat yang tidak terlihat. Apakah aku yang tidak bisa serius meskipun aku ingin?
Romantisme, betapa aku menginginkan hal itu lagi, merasakannya mengalir hangat di hatiku, dari hatimu. Betapa aku merindukannya. Aku mulai curiga, curiga terhadap diriku sendiri. Curiga bahwa aku sedang sakit sehingga tidak bisa merasakan kehadiranmu. Aku rindu! Ingin sekali aku meneriakkannya sambil melempar batu ke air, melempar jauh. Melepaskan semua hasrat kerinduan yang mendominasi. Kadang pada titik jenuhku, aku ingin menyerah. Tetapi ada satu kalimat yang terus menerus menamparku “mungkin kamu tinggal satu langkah lagi untuk mencapai yang kamu mau.” Dan aku tidak berhenti terus melangkah.

Entahlah apa aku manusia yang paling bodoh di muka bumi ini. Bodoh karena cinta atau gengsi,  meskipun tidak tahu gengsi apa yang menjamah hati. Seandainya aku tahu, seandainya aku kuat. Seandainya IQ kita sama, ya aku pernah mendoakan itu agar aku mengerti semua jalan pikiranmu. Maafkan aku, yang kekuarangan segalanya, yang tidak bisa menentramkan hatimu. Yang selalu kekanakan tidak pernah dewasa. Maafkan aku tetapi tak dapat kupungkiri, that i am in love with you.

0 komentar: